lundi 15 septembre 2008
PENGUNAAN FREKWENSI UNTUK PENERBANGAN DI INDONESIA (AERONAUTICAL FREQUENCY BAND)
Dalam pembagian dan pengelompokkan penggunaan frekuensi, ITU membagi dalam beberapa region ( Region I, Region II, Region III), disamping membagi frequency band berdasarkan aplikasi penggunaan seperti telephone seluler, telephone terrestrial, broadcast, wireless, maritime frequency band dan lain sebagainya, termasuk didalamnya mengalokasikan frekuensi band untuk penerbangan (aeronautical frequency band) Khusus frequency aeronautical band ini, diadopsi oleh ICAO ( International Civil Aviation Organization) digunakan sebagai urat nadi pendukung utama penyelenggaraan penerbangan, dalam hal ini pemakainya untuk komunikasi, navigasi dan pengamatan (Communication, Navigation, Surveillance).
Aeronautical frequency band dimaksud meliputi band frekuensi MF, HF, VHF, UHF dan SHF yang dialokasikan untuk penerbangan. Aeronautical frequency band bersifat universal, sehingga semua Negara juga akan menggunakan frekuensi dalam band yang sama. Dalam hal ini, masing-masing Negara mempunyai kewajiban untuk mengelola dengan baik pengalokasian frekuensi dengan memperhatikan batas-batas wilayah Negara, sehingga dapat dihindari terjadinya interferensi yang mengganggu. Begitu pula pengaturan frekuensi dalam Negara juga memerlukan managemen yang baik dalam pengelolaan frekuensi.
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara sebagai institusi pemerintah yang mempunyai tanggung jawab dalam penyelenggaraan transportasi udara, mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk mengelola aeronautical frequency band. Yang untuk selanjutnya tupoksi pengaturan dan pengelolaan aeronautical frequency band dilaksanakan oleh Direktorat Keselamatan Penerbangan (Sesuai dengan KM 43 TAHUN 2005.)
Perlunya pengaturan dan pengelolaan aeronautical frequency band mengingat keterbatasan lebar pita, jumlah fasilitas komunikasi/navigasi/pengamatan (CNS) yang cukup banyak, dan jumlah pengguna frekuensi penerbangan ( pemerintah, BUMN, perusahaan penerbangan, perusahaan swasta yang menyelenggarakan penerbangan) yang selalu bertambah। Pengguna frekuensi penerbangan dalam mengoperasikan stasiun radio penerbangan baik stasiun radio darat penerbangan dan stasiun radio pesawat terbang diharuskan mempunyai ijin sebagai syarat legalitas.
by.RM
AIR TRAFFIC SERVICES ( PELAYANAN LALU LINTAS UDARA)
Tugas Pemandu Lalu Lintas Udara yang tercantum di dalam Annex 2 dan Annex 11 (Air Traffic Services) Konvensi Chicago 1944 adalah mencegah tabrakan antar pesawat, mencegah tabrakan pesawat dengan obstructions, mengatur arus lalu lintas udara yang aman, cepat dan teratur kepada pesawat terbang, baik yang berada di ground atau yang sedang terbang / mel
Untuk melaksanakan tugas tersebut diperlukan seorang petugas ATC dalam pengaturan arus lalu lintas udara yang dimulai dari pesawat melakukan contact (komunikasi) pertama kali sampai dengan pesawat tersebut mendarat (landing) di bandara tujuan.
Disamping itu diperlukan dukungan prasarana, sarana, serta perangkat peraturan yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan ICAO (International Civil Aviation Organization) Organisasi Penerbangan Sipil Internasional, yang dari hari ke hari terus dilakukan amandemen sesuai dengan pengembangan arus lalu lintas penerbangan dan teknologi.
Dengan semakin tingginya frekuensi penerbangan yang melintasi ataupun mendarat di bandar udara dewasa ini, maka tugas dan tanggung jawab pelayanan Operasi Lalu Lintas Udara menjadi semakin berat। Oleh karena itu, kualitas dan kehandalan perangkat kerja dan SDM yang ada dibelakangnya harus benar-benar prima untuk menjamin terhindarnya insiden penerbangan.
by.RM
LARANGAN DAN PEMBATASAN TERHADAP HALANGAN (OBSTACLE RESTRICTION AND LIMITATION)
Penyelenggara bandara harus menetapkan obstacle limitation surface pada aerodromenya, dan mengawasi setiap obyek yang berada pada obstacle limitation surface. Bilamana terdapat pelanggaran atau potensial pelanggaran, penyelenggara bandara harus melaporkan kepada Ditjen Perhubungan Udara dan melakukan koordinasi dengan instansi atau perusahaan yang terkait dengan obyek tersebut.
Obyek atau pendirian obyek baru yang berada di luar OLS dengan ketinggian 110 meter dari permukaan tanah atau lebih harus dilaporkan kepada Ditjen Perhubungan Udara, dan obyek atau pendirian obyek baru di luar OLS dengan ketinggian di atas 150 meter dari permukaan tanah atau lebih harus dianggap sebagai obstacle kecuali dinyatakan sebaliknya oleh Ditjen Perhubungan Udara berdasarkan suatu assessment।
by.RM
PROSEDUR PENGOPERASIAN BANDAR UDARA
Penyelenggara wajib mengoperasikan bandar udara sesuai dengan prosedur dalam Aerodrome Manual. Segala penyimpangan terhadap Aerodrome Manual harus dilaporkan kepada Dirjen Perhubungan Udara.
Prosedur pengoperasian bandar udara yang harus dimuat dalam Aerodrome Manual, meliputi 17 (tujuh belas) prosedur dan langkah-langkah keselamatan sebagai berikut:
1. Aerodrome reporting;
2. Akses ke daerah pergerakan pesawat udara;
3. Aerodrome Emergency Plan;
4. Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran;
5. Inspeksi terhadap daerah pergerakan pesawat udara dan obstacle limitation surface;
6. Sistem kelistrikan dan alat bantu visual;
7. Pemeliharaan daerah pergerakan pesawat udara;
8. Keselamatan kerja di aerodrome;
9. Manajemen pengoperasian apron;
10. Manajemen keselamatan di apron;
11. Pengawasan pergerakan kendaraan di sisi udara;
12. Manajemen gangguan binatang liar;
13. Pengawasan halangan;
14. Pemindahan pesawat udara yang rusak;
15. Penanganan bahan berbahaya;
16. Operasi pada jarak pandang rendah;
17। Perlindungan terhadap lokasi radar dan alat bantu navigasi yang terdapat di bandara.
by.RM
PERALATAN DAN FASILITAS BANDAR UDARA
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIS56sA5bk7PWLmBfGcqToU-JSJ86QTX4evolucRCs3eFckFeRmhgX_BVN4mcd44G9AVjCNj2bQhOM7snVhB25n7N9vhqo2aaMvxQgOYp_cPZiroGGNYI0SnkiISj6lRJzXSoyqexCUw/s320/top-airport.jpg)
Setiap peralatan dan fasilitas yang dioperasikan pada bandar udara harus dipelihara sehingga memenuhi standar yang berlaku. Inspeksi terhadap bandara/ aerodrome untuk memastikan bahwa bandara/ aerodrome dapat melayani pesawat udara dengan selamat, terutama pada keadaan :Segera setelah terjadinya kecelakaan atau insiden pesawat udara di aerodrome;
Adapun yang dimaksud dengan peralatan dan fasilitas bandar udara adalah:
Fasilitas pergerakan pesawat udara, antara lain landas pacu (runway), jalan penghubung landas pacu (taxiway), dan apron; Alat bantu visual di bandara/ aerodrome, antara lain marka, rambu dan tanda yang ada di runway, taxiway dan apron; Alat bantu visual berupa lampu di aerodrome dan sekitarnya termasuk lampu untuk halangan (obstacle) yang ada di sekitar bandara (aerodrome).
Untuk menunjang pelayanan pesawat udara di darat, pada beberapa bandara tersedia peralatan penunjang operasi darat pesawat udara (ground support equipment/ GSE). Setiap jenis peralatan yang dioperasikan harus sesuai peruntukannya dan wajib memenui persyaratan teknis dan spesifikasi fungsionalnya yang dibuktikan dengan Sertifikat Kelaikan Operasi yang diterbitkan oleh Ditjen Perhubungan Udara. Jenis peralatan dan persyaratan sertifikat kelaikan operasi diatur di dalam Keputusan Dirjen Perhubungan Udara No. SKEP/75/III/2001 tentang Peralatan Penunjang Pelayanan Darat Pesawat Udara (Ground Support Equipment/ GSE). Pengujian kelaikan peralatan dapat dilimpahkan kepada pihak ketiga (Badan Hukum Indonesia) yang telah mendapatkan Sertifikat Persetujuan dari Ditjen Perhubungan Udara. Syarat dan tata cara bagi Badan Hukum Indonesia untuk mendapatkan Sertifikat Persetujuan sebagaimana diatur dalam Keputusan Dirjen Perhubungan Udara No. 93 Tahun 2001 tentang Persyaratan Badan Hukum Indonesia Sebagai Pelaksana Pengujian Peralatan Penunjang Pelayanan Darat Pesawat Udara (Ground Support Equipment/ GSE);
Peralatan penunjang pelayanan darat pesawat udara yang dioperasikan pada suatu bandara dapat diusahakan oleh pihak di luar bandara। Ijin pengusahaannya dikeluarkan oleh penyelenggara bandara.
by.RM
PERSONIL PENGOPERASIAN BANDAR UDARA
Untuk mendapatkan STKP/ SKP, seseorang harus mengikuti diklat, sesuai dengan
kompetensi yang ingin dimiliki, yang diselenggarakan oleh Pusdiklat Perhubungan Udara di seluruh Indonesia, Ditjen Perhubungan Udara atau Badan Hukum Indonesia yang telah mendapatkan otorisasi untuk menyelenggarakan Diklat yang dikeluarkan oleh Ditjen Perhubungan Udara। Setelah mengikuti Diklat, seseorang harus diuji kompetensi dan ketrampilannya oleh Tim Ditjen Perhubungan Udara. Bagi peserta yang memenuhi syarat akan diterbitkan STKP/SKP.Persyaratan untuk mendapatkan STKP/SKP sebagaimana diatur dalam ketentuan perundangan terkait.
by.RM
Sertifikasi Operasi Bandar Udara (SOB) PENGOPERASIAN BANDAR UDARA
by.RM
Pengertian Bandar Udara
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhD0fjFhs8pcJEKt61smrt-8IwfSNvoTLbGMjEAdfcWdpSWGyM4hNXcMyK2ocEZE1FJfI8VntvpFA4qXG-x85ijX2NljbI0GmiB4O7nFnRSsl1Lk6GeaP54xhNV_71yIQhCf7GIK-zVPA/s320/airport-denver-photo20b.jpg)
Bandar udara atau bandara merupakan sebuah fasilitas tempat pesawat terbang dapat lepas landas dan mendarat. Bandara yang paling sederhana minimal memiliki sebuah landas pacu namun bandara-bandara besar biasanya dilengkapi berbagai fasilitas lain, baik untuk operator layanan penerbangan maupun bagi penggunanya.
Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization): Bandar udara adalah area tertentu di daratan atau perairan (termasuk bangunan, instalasi dan peralatan) yang diperuntukkan baik secara keseluruhan atau sebagian untuk kedatangan, keberangkatan dan pergerakan pesawat.
Sedangkan definisi bandar udara menurut PT (persero) Angkasa Pura adalah "lapangan udara, termasuk segala bangunan dan peralatan yang merupakan kelengkapan minimal untuk menjamin tersedianya fasilitas bagi angkutan udara untuk masyarakat".
Awal mula
Pada masa awal penerbangan, bandara hanyalah sebuah tanah lapang berumput yang bisa didarati pesawat dari arah mana saja tergantung arah angin.
Di masa Perang Dunia I, bandara mulai dibangun permanen seiring meningkatnya penggunaan pesawat terbang dan landas pacu mulai terlihat seperti sekarang. Setelah perang, bandara mulai ditambahkan fasilitas komersial untuk melayani penumpang.
Sekarang, bandara bukan hanya tempat untuk naik dan turun pesawat. Dalam perkembangannya, berbagai fasilitas ditambahkan seperti toko-toko, restoran, pusat kebugaran, dan butik-butik merek ternama apalagi di bandara-bandara baru.
Kegunaan bandar udara selain sebagai terminal lalu lintas manusia / penumpang juga sebagai terminal lalu lintas barang. Untuk itu, di sejumlah bandara yg berstatus bandara internasional ditempatkan petugas bea dan cukai. Di indonesia bandara yang berstatus bandara internasional antara lain Polonia (Medan), Soekarno-Hatta (Cengkareng), Djuanda (Surabaya), Sepinggan (Balikpapan), Hasanudin (Makassar) dan masih banyak lagi.
Fasilitas bandara
Fasilitas bandara yang terpenting adalah landas pacu yang mutlak diperlukan pesawat. Panjangnya landas pacu biasanya tergantung dari besarnya pesawat yang dilayani dan bisa dari rumput ataupun aspal. Pada bandara yang ramai, terdapat lebih dari satu landasan untuk antisipasi ramainya lalu lintas. Untuk keamanan dan pengaturan, terdapat Air Traffic Controller. Selain itu terdapat taxiway untuk lalu lintas pesawat di darat.
Terminal atau concourse adalah pusat urusan penumpang yang datang atau pergi. Di dalamnya terdapat counter check-in, imigrasi untuk bandara internasional, dan ruang tunggu serta berbagai fasilitas untuk kenyamanan penumpang. Di bandara besar, penumpang masuk ke pesawat melalui belalai. Di bandara kecil, penumpang naik ke pesawat melalui tangga yang bisa dipindah-pindah.
Penamaan dan kode
Setiap bandara memiliki kode IATA dan ICAO yang berbeda satu sama lain। Kode bisa diambil dari berbagai hal seperti nama bandara, daerah tempat bandara terletak, atau nama kota yang dilayani. Kode yang diambil dari nama bandara mungkin akan berbeda dengan namanya yang sekarang karena sebelumnya bandara tersebut memiliki nama yang berbeda.
by.RM
Bandar Udara Mampu Melayani Pesawat Udara Terbesar Jenis B-737 dan Sekelasnya
Bandara- bandara di Indonesia yang dapat melayani pesawat terbang terbesar jenis B-737, F-100 adalah : SULTAN SYARIF KASIM II / PEKAN BARU, SULTAN THAHA / JAMBI, FATMAWATI SOEKARNO / BENGKULU, HJ। AS. HANANDJOEDDIN, HUSEIN SASTRANEGARA / BANDUNG, AHMAD YANI / SEMARANG, SELAPARANG / MATARAM, ELTARI / KUPANG, SUPADIO / PONTIANAK, JUWATA / TARAKAN, MUTIARA / PALU, WOLTER MONGINSIDI / KENDARI, DJALALUDDIN / GORONTALO, SULTAN BABULLAH /TERNATE, MOPAH / MERAUKE, SENTANI / JAYAPURA, RENDANI / MANOKWARI, TJILIK RIWUT / PALANGKARAYA.
by.RM
Pets
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHE5_InTDLmOgGXasFTxe1Xq9A8sP6Nn_fdt0-DxhDSP3NH4UJuhifpBsae44rncW1F3h89iRyy477F-hCaCkeS2s3Zzt1hhYgZvYjid9c4LaFL3PLhzvcxfq7Rm5Hdx1FYrSxWP0LYw/s320/pets_on_planes.jpg)
Menurut TIM atau Travel Information Manual atau buku informasi perjalanan, yang disebut Pets adalah binatang piaraan yang dibawa bersama penumpang naik pesawat udara, misalnya kucing, anjing dan burung. Kucing, anjing atau burung yang dibawa naik ke pesawat terbang bersama pemiliknya akan dikenai biaya kelebihan berat/potong, jadi tidak termasuk dalam free baggage allowance atau jatah bagasi yang bisa dibawa dan bebas biaya.
Binatang tersebut akan ditimbang bersama kandangnya, lalu dibuatkan excess baggage ticket atau kartu pembayaran kelebihan berat। Ada beberapa ketentuan yang mesti diketahui untuk membawa pets, misalnya : Harus mempunyai reservasi atau pemesanan tempat, Kandang harus cukup kuat, dan Surat dokumentasi untuk binatang tersebut harus ada seperti peraturan yang berlaku.
by.RM
Bagasi
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSF_9LVIIs7BW5Xa0oIa8LeMLrnu9oTcR-27o3MB37GcTlfE1AmGuER9U_PECmrgw00AUgp-vDqFohGKGR2ad_wT2f0dW65HpXtR9Pxn0XSxaeNxZqhslC4OWZJo7oEUMF4mNRPhEyDQ/s320/luggage-conveyor-bagasi.jpg)
Hal-hal yang menyangkut bagasi adalah :
Checked baggage atau bagasi yang dilaporkan dan dimasukkan melalui check-in yang berisi barang-barang milik pribadi.
Unchecked baggage atau barang bawaan yang dibawa bersama-sama penumpang ke dalam pesawat atau cabin dengan batas tertentu, misalnya berat tidak boleh lebih dari 5 kg dan ukuran barangnya, jumlah panjang, lebar dan tinggi tidak boleh lebih dari 115 cm. Di kelas utama atau kelas satu bisa membawa dua jenis barang, di kelas lainnya satu jenis barang untuk setiap penumpang.
Unaccompanied baggage atau bagasi yang dikirim melalui kargo. Mengenai Baggage free allowance atau batas bagasi yang dibebaskan dari biaya untuk dibawa, setiap kelas mempunyai jatah sendiri-sendiri, misalnya untuk kelas utama atau kelas satu adalah 40 kg, bisnis 40 kg dan ekonomi 20 kg per penumpang.
IATA atau International Air Transport Assosiation free articles menyebutkan bahwa barang-barang yang boleh dibawa masuk ke dalam cabin menurut peraturan IATA adalah : Tas tangan wanita, buku bacaan saku,dompet,Bahan bacaan yang masuk akal untuk dibaca selama penerbangan, Payung atau tongkat untuk jalan, Baju tebal atau overcoat atau selimut, Makanan bayi untuk persediaan selama penerbangan, Kamera kecil atau teropong
setelah bagasi diperiksa, barang bawaan penumpang akan diberi claim tag, contohnya seperti :
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQsAct4YR4rcWwnA-aLsHNKOeJiKtgshPj6ZFWZvyUBDIRJ8qkpKZt5nYLkiz7WgIP57HNCc6M1YNWyqzo2ml3KAl6x3LBj5U7D35wV3QGi0WFGHgWTFT-oeoxrBMUFm7EBSu-PTwGQg/s320/claim+tag.jpg)
by.RM
Penumpang yang Memerlukan Penanganan Khusus
by.RM
Inadmissable and Deportee Passenger
Selain Inadmissable, ada juga Deportee Passenger atau penumpang yang diusir dari Negara yang dikunjungi, karena keberadaannya tidak dinginkan oleh pemerintah setempat, misalnya membuat onar, melakukan tindakan kriminal, menjelekkan negara tersebut, dan lain-lain yang melawan hukum negara tersebut।
by.RM
Prosedur Keberangkatan Penumpang
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgH6pSgVB1YCxAzdMi7FIC5I8cQv-YS63EZzasNAyhGa5rpYsEU42taMOIUtcz3_ZMF-k7vdTxqCT8HN1OqRT08aEerIHb3-fUnJ_7NMLwWW-4gTBc7fnlk2TUREFzfye_M8JGwdgYOPA/s320/penumpang_bandara-delay.jpg)
Hal pertama yang dilakukan penumpang ketika di bandara udara adalah datang ke check-in counter, dengan membawa tiket, bagasi, dan tas tentengan jika ada। Setelah pemeriksaan tiket, petugas check-in counter akan menimbang bagasi untuk melihat apakah ada kelebihan berat atau tidak; bila lebih, calon penumpang akan diminta membayar excess baggage atau kelebihan bagasi, dan petugas akan memberikan excess baggage ticket sebagai bukti pembayaran kelebihan itu. Setelah proses ini selesai, ia akan memberikan boarding pass dan baggage claim tag, serta mengembalikan sisa tiket atau cover ticket. Dari check-in counter, dimana penumpang membayar airport tax dan fiscal, penumpang menuju ke pemeriksaan Imigrasi, lalu ke boarding gate untuk menunggu boarding time.
by.RM
Last Minute Change (LMC)
by.RM
Prosedur Kedatangan Penumpang
Petugas bagian kedatangan pesawat penumpang haruslah mengetahui kedatangan pesawat(ETA=Estimate Time Arrival),sehingga mereka bisa mempersiapkan diri। Mereka juga harus mengetahui apakah ada penumpang yang transit, yang transfer pindah pesawat ke kota dan atau Negara lain), yang turun disitu. Penumpang yang transit singgah akan diberi atau kartu singgah. Bagi penumpang yang transfer atau pindah pesawat akan segera dibantu sehubungan dengan tempat duduk dan bagasi. Sedangkan bagi penumpang yang turun di situ akan dibimbing ke bagian Imigrasi untuk pemeriksaan paspor dan lalu ke tempat pemngembalian bagasi. Jika urusan bagasi sudah beres maka mereka dipersilahkan menuju ke pemeriksaan Pabean doane lalu ke luar.Bila ada bagasi belum ketemu atau hilang atau mungkin ada rusak penumpang tersebut akan diajak ke bagian Lost and Found.
By.RM
SPESIFIKASI BANDAR UDARA JUANDA
BANDARA JUANDA: Bandara Internasional Juanda Surabaya diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Bandar udara terbesar kedua di Indonesia ini mampu menampung 18 pesawat terbang berbagai ukuran dengan dilengkapi garbarata sebagai akses penumpang menuju ke pesawat secara langsung.
Bandara : JUANDA
Telepon : (031) 8667513
Telex : 33145 PAP SBIA
Facsimile : (031) 8667506
Alamat : PT. AP-I BANDARA JUANDA
KLASIFIKASI BANDARA : klas 1
LOKASI - LUAS : 396 Ha
ELEVASI : 2.6 m
KODE ICAO/IATA : WRSJ / SUB
JAM OPERASI : 24 jam
JARAK DARI KOTA : 20 km
LANDASAN :
Sebutan : R10 / R28
Sudut magnetik : 297 - 097
Ukuran : 3000 m x 45 m
Kekuatan : PCN 73 RCXU
Permukaan : Aspal Concrete
APRON :
Kekuatan : PCN 73 FCJ
Permukaan : BETON
Kapasitas : Type B-737 = 14, A-300 = 4 ; Max a/c ; A-300
Luas : Apron Utama = 72.262 m2
Apron Barat = 12.177 m2
Apron Timur = 12.177 m2
TERMINAL :
Domestik
Kedatangan dan Keberangkatan
Luas : 10.043,99 m2 ~ ± 20.000 M2
Internasional
Kedatangan dan Keberangkatan
Luas : 5.580 m2
FASILITAS PENGAMANAN / AUDIO VISUAL & KOMPUTER :
x-ray, walk trough, handy metal detector, fire alrm, explosive detector, PIS, PAS, PABX
JALAN DAN PARKIR :
1. Jalan 85.304 m2
2. Parkir 8.514 m2
CATU DAYA LISTRIK :
PLN : 4.330 KVA
Stand By Genset : 1.750 KVA
UPS : 50 KVA
FASILITAS TELEKOMUNIKASI :
ADC, APP, ER, Direct Speech, ASMC, SSB, TTY, Telex ATIS, AFTN, Facsimile
PKP-PK :
Disyaratkan : CAT 8
Tersedia : CAT 8
ALAT BANTU NAVIGASI :
NDB, ILS, DVOR/DME, Outer Marker, Radar (ASR & SSR), RVR
VISUAL AIDS :
REH, REI, REIL, TAXHWAY LIGHT, SEQUENCE FLASHER, ROTATING BEACON, LANDING TEE
PELAYANAN METEO :
Pengamatan :
Prakiraan :
MEKANIKAL / AIR :
PAM, TIMBANGAN, AC, LIFT, HIDROPHOR, HYDRANT, CONVEYOR
TRANSPORTASI TERSEDIA :
BUS DAMRI, TAXI PRIMA
FASILITAS PENUNJANG LAINNYA :
imigrasi, bea cukai, karantina, gedung cargo
PELAYANAN UMUM :
bank, kafetaria, telepon umum, waving galery, toko
by.RM
L'areoport domestique a Indonesie
No | Dimensi Runway | Sudut | PCN | ||
1 | MLG | 1.980 m x 45 m | 17 - 35 | | |
2 | JOG | 2.200 m x 45 m | 09 - 27 | 44 FCXT | |
3 | SOC | 2.600 m x 45 m | 10 - 28 | 81 FCYU | |
4 | AEG | 1.400 m x 23 m | 11 - 29 | 15 FCYT | |
5 | | 600 m x 20 m | | | |
6 | SRG | 2.250 m x 45 m | 13 - 31 | 33 FCXT | |
7 | AHI | 750 m x 23 m | 13 - 31 | | |
8 | MXB | 900 m x 23 m | 02 - 20 | 5 FCZU | |
9 | AGD | 527 m x 28 m | 08 - 26 | 6000 Lbs | |
10 | AYW | 640 m x 45 m | 09 - 27 | 6000 Lbs | |
11 | BXB | 1.300 m x 30 m | 03 - 21 | 6 FCYU | |
12 | BXD | 600 m x 18 m | 02 - 20 | 12.500 | |
13 | NDA | 900 m x 30 m | 10 - 28 | | |
14 | BXM | 850 m x 20 m | 07 - 25 | 12.500 | |
15 | BXG | | | | |
16 | MTW | 900 m x 23 m | 13 - 31 | 5 FCZU | |
17 | BUW | 1.800 m x 350 m | 04 - 22 | | |
18 | | 500 m x 20 m | 15 - 33 | 6.000 Lbs | |
19 | | 590 m x 18 m | 09 - 27 | 12.500 | |
20 | GNS | 1.350 m x 30 m | 09 - 27 | 15 FCYT | |
21 | NTI | 650 m x 20 m | 12 - 30 | 5 FCZU | |
22 | | | | | |
23 | | | | | |
24 | BUI | 853 m x 30 m | 09 - 27 | 12.500 | |
25 | | 900 m x 24 m | 15 - 33 | 12.500 | |
26 | SWQ | 1.470 m x 30 m | 14 - 32 | | |
27 | LUW | 1.850 m x 30 m | 04 - 22 | 12 FCYU | |
28 | BTO | 1800 m x 30 m , 1600 m x 30 m | 12 - 30 | 19 FCYT | |
29 | ULI | 1.200 m x 23 m | 07 - 25 | 5 FCZU | |
30 | CBN | 1.270 m x 30 m | 04 - 22 | 5 FCZU | |
31 | MEQ | 1.890 m x 23 m | 15 - 33 | 8 FCYU | |
32 | SIQ | 1.175 m x 30 m | 14-32 | | |
33 | DRH | 750 m x 18 m | 06 - 24 | 6.000 Lbs | |
34 | DTD | 750 m x 23 m | 02 - 20 | | |
35 | PGK | 2.000 m x 30 m | 16 - 34 | | |
36 | KRC | 750 m x 23 m | 12 - 30 | 5 FCZU | |
37 | KRJ | 900 m x 23 m | 13 - 31 | 5 FCZU | |
38 | GTO | 2.250 m x 30 m | 09 - 27 | 28 FCYT | |
39 | DOB | 750 m x 23 m | 05 - 23 | 5 FCZU | |
40 | SOQ | 1.850 m x 30 m | 04 - 22 | | |
41 | LUV | 1.300 m x 30 m | 09 - 27 | | |
42 | ECI | 650 m x 30 m | 03 - 21 | 12.500 | |
43 | KOE | 2.500 m x 45 m | 07 - 25 | | |
44 | SQN | 900 m x 23 m | 18 - 36 | 5 FCZU | |
45 | EWI | 990 m x 20 m | 09 - 27 | 5 FCZU | |
46 | EWE | 600 m x 30 m | 06 - 24 | 12.500 | |
47 | SIO | 1.710 m x 30 m | 12 - 30 | 18 FCYT | |
48 | | | | | |
49 | BKS | 2.470 m x 150m | 13 - 31 | | |
50 | BIK | 3.570 m x 45 m | 10 - 28 | | |
51 | GLX | 1.115 m x 23 m | 04 - 22 | 5 FCZU | |
52 | LKA | 900 m x 23 m | | | |
53 | | 900 m x 23 m | | | |
54 | SMQ | 1.850 m x 30 m | 13 - 31 | 9 FCYU | |
55 | TJQ | 2.000 m x 30 m | 18 - 36 | | |
56 | ENE | 1.900 m x 90 m | 09 - 27 | | |
57 | HLP | 3.000 m x 45 m | 06 - 24 | 86 FCXT | |
58 | ABU | 900 m x 23 m | 08 - 26 | | |
59 | BTH | 4.025 m x 45 m | 04 - 22 | | |
60 | UPG | 3.100 m x 45 m | 13 - 31 | | |
61 | BDO | 2.250 m x 45 m | 11 - 29 | 32 FDXT | |
62 | | 600 m x 30 m | | | |
63 | ILA | 600 m x 18 m | | | |
64 | IUL | 800 m x 18 m | | | |
65 | INX | 600 m x 23 m | | | |
66 | PKN | 1.650 m x 30 m | 13 - 31 | 24 FCXT | |
67 | RGT | 1.300 m x 30 m | | | |
68 | SOQ | | | | |
69 | | | | | |
70 | | | | | |
71 | SUB | 3.000 m x 45 m | 10 - 28 | | |
72 | TRK | 1.970 m x 90 m | 06 - 24 | | |
73 | | 1.300 m x 23 m | 01 - 19 | | |
74 | KBX | 750 m x 18 m | | | |
75 | KMR | 450 m x 20 m | | | |
76 | KFG | 750 m x 18 m | | | |
77 | PSJ | 1.170 m x 23 m | 03 - 21 | 8 FCYU | |
78 | KEQ | 600 m x 18 m | | | |
79 | | 815 m x 30 m | | | |
80 | LLN | 730 m x 20 m | | | |
81 | KEI | 650 m x 18 m | | | |
82 | TNJ | 1.856 m x 30 m | | | |
83 | KMN | 600 m x 30 m | | | |
84 | | 750 m x 23 m | | | |
85 | | 427 m x 30 m | | | |
86 | KOX | 600 m x 18 m | | | |
87 | LBJ | 1.650 m x 30 m | 17 - 35 | | |
88 | KOD | 720 m x 20 m | | | |
89 | KAZ | 900 m x 23 m | 18 - 36 | 5 FCZU | |
90 | | 750 m x 23 m | 05 - 23 | 5 FCZU | |
91 | | 850 m x 23 m | 10 - 28 | 5 FCZU | |
92 | | | | | |
93 | TLI | 900 m x 23 m | 11 - 29 | | |
94 | | 900 m x 23 m | 07 - 25 | 5 FCZU | |
95 | LSE | 1.400 m x 23 m | | | |
96 | RTI | 900 m x 23 m | 03 - 21 | 5 FCU | |
97 | LHI | 600 m x 30 m | | | |
98 | | 750 m x 23 m | | | |
99 | LPU | 850 m x 23 m | | | |
100 | LYK | 850 m x 23 m | 16 - 34 | | |
101 | BMU | 1.770 m x 150 m | 13 - 31 | | |
102 | SBG | 1.850 m x 30 m | 10 - 28 | 17 FCYT | |
103 | ARD | 1.400 m x 30 m | | | |
104 | | 1.850 m x 30 | 06 - 24 | 29 FCXT | |
105 | | 500 m x 27 m | | | |
106 | WGP | 1.970 m x 90 m | 15 – 33 | | |
107 | | 900 m x 23 m | | | |
108 | MNA | 850 m x 23 m | 18 - 36 | | |
109 | RDE | 650 m x 30 m | | | |
110 | BIM | 2.750 m x 45 m | 15 - 33 | | |
111 | MDP | 600 m x 23 m | | | |
112 | ONI | 1.000 m x 18 m | | | |
113 | | 500 m x 27 m | | | |
114 | MKQ | 1.850 m x 30 m | 16 - 34 | | |
115 | TIM | | 12 - 30 | | |
116 | MPC | 1.000 m x 30 m | | | |
117 | LII | 900 m x 30 m | | | |
118 | PLW | 2.067 m x 30 m | 15 - 33 | | |
119 | MUF | | | | |
120 | NBX | 1.400 m x 30 m | 16 - 34 | | |
121 | NAH | 1.100 m x 30 m | 15 - 33 | | |
122 | | 750 m x 23 m | | | |
123 | NRE | 900 m x 23 m | | | |
124 | NPO | 1.000 m x 23 | | | |
125 | DPS | 3.000 m x 45 m | 09 - 27 | 5 FCZU | |
126 | FOO | 1.750 m x 20 m | | | |
127 | NNX | 900 m x 23 m | 13 - 31 | | |
128 | | 1.400 m x 30 m | 07 - 25 | 17 FBXU | |
129 | OBD | 730 m x 20 m | | | |
130 | LAH | 850 m x 23 m | 06 - 24 | 5 FCZU | |
131 | OKQ | 600 m x 18 m | | | |
132 | OKL | 900 m x 18 m | | | |
133 | SXK | 1.200 m x 23 m | | | |
134 | PSU | 1.400 m x 23 m | | | |
135 | PPR | 1.300 m x 30 m | | | |
136 | AMQ | 2.500 m x 45 m | 04 - 22 | | |
137 | BUP | 750 m x 23 m | | | |
138 | MES | 2.900 m x 45 m | 05 – 23 | | |
139 | PUM | | | | |
140 | TTR | 900 m x 23 m | | | |
141 | | | | | |
142 | TKG | 2.000 m x 30 m | 14 - 32 | | |
143 | KTG | 1.400 m x 30 m | 17 - 35 | | |
144 | | | | | |
145 | RSK | 1.050 m x 30 m | | | |
146 | | 1.200 m x 30 m | 09 - 27 | 11 FCYT | |
147 | MKW | 2.000 m x 30 m | 17 - 35 | | |
148 | RKI | 760 m x 23 m | | | |
149 | PLM | 2.500 m x 45 m | 11 - 29 | 54 F/0.70/ | |
150 | MDC | 2.500 m X 45 m | 00 - 18 | | |
151 | | 750 m x 23 m | 15 - 33 | 5 FCZU | |
152 | ZRM | 750 m x 23 m | | | |
153 | RTG | 1.300 m x 30 m | | | |
154 | TJB | 900 m x 23 m | | | |
155 | | | | | |
156 | AMI | 1.850 m x 40 m | 09 - 27 | | |
157 | MLN | 900 m x 23 m | 04 - 22 | | |
158 | SHE | 600 m x 30 m | | | |
159 | ZEG | 760 m x 20 m | | | |
160 | DJJ | 2.180 m x 30 m | 12 - 30 | | |
161 | BPN | 2.500 m x 45 m | 07 - 25 | | |
162 | SIW | 750 m x 23 m | | | |
163 | | 900 m x 23 m | | | |
164 | SQT | 1.600 m x 27 m | 09 - 27 | | |
165 | BJW | 900 m x 23 m | 10 - 28 | | |
166 | CGK | 3,660 m x 60 m , 3.600 m x 60 m | 07 - 25 | 10 FCZN | |
167 | KBU | 1.200 m x 30 m | 15 - 33 | | |
168 | ZRI | 650 m x 20 m | | | |
169 | UGU | | | | |
170 | RAQ | 750 m x 23 m | | | |
171 | TTE | 1.900 m x 30 m | 14 - 32 | 18 FCYT | |
172 | BTJ | 2.500 m x 45 m | 17 - 35 | 63 FCXT | |
173 | PKU | 2.240 m x 30 m | 18 - 36 | | |
174 | DJB | 2.000 m x 30 m | 13 - 31 | 33 FCXT | |
175 | PNK | 1.850 m x 30 m | 15 - 33 | | |
176 | SQG | 1.300 m x 30 m | | | |
177 | BDJ | 2.220 m x 45 m | 10 - 28 | | |
178 | TMC | 1.920 m x 150 m | 10 - 28 | | |
179 | MJU | 1.200 m x 23 m | | | |
180 | TMH | 1.050 m x 30 m | 07 - 25 | | |
181 | TJS | 1.200 m x 30 m | 15 - 33 | | |
182 | TJG | 1.300 m x 30 m | | | |
183 | SAU | 900 m x 23 m | 07 - 25 | | |
184 | TMX | 633 m x 15 m | | | |
185 | SRI | 1.160 m x 80 m | 04 - 22 | | |
186 | TPK | 900 m x 23 m | 14 - 32 | 5 FCZU | |
187 | TMY | 700 m x 23 m | 12 - 30 | | |
188 | PKY | 2.100 m x 30 m | 16 - 34 | 31 FCXT | |
189 | FKQ | 1.120 m x 23 m | | | |
190 | SUP | 850 m x 30 m | 12 - 30 | 5 FCZU | |
191 | TMB | 650 m x 23 m | 09 - 27 | 6.000 Lbs | |
192 | CXP | 1.400 m x 30 m | 13 - 31 | 9 FCYT | |
193 | UBR | 480 m x 30 m | | | |
194 | KNG | 1.600 m x 30 m | | | |
195 | WET | 750 m x 20 m | | | |
196 | WHI | 800 m x 23 m | | | |
197 | MOF | 1.850 m x 30 m | 05 - 23 | | |
198 | WMX | 1.650 m x 30 m | 15 - 33 | | |
199 | WAR | 650 m x 20 m | | | |
200 | WSR | 600 m x 18 m | | | |
201 | WRR | 500 m x 26 m | | | |
202 | KDI | 2.100 m x 30 m | 08 - 26 | 30 FCXT | |
203 | LWE | 900 m x 23 m | | | |
204 | RUF | 500 m x 20 m | | | |
205 | LBW | 900 m x 23 m | 04 - 22 | |